Sebenarnya cerita ini
pernah saya dengar dari ayah saya, maklumlah saya masih anak-anak yang masih
suka di dongengkan sebelum tidur, sayapun pernah membaca kisah ini disebuah
majalah Islam, dan ternyata ini kisah tentang Abu Nawas, akhirnya kisah ini
saya kutip dari buku bacaan dongeng, yah sebenarnya Abu Nawas adalah seorang
ulama yang alim. Tak begitu mengherankan jika Abu Nawas mempunyai murid yang
tidak sedikit.
Diantara sekian banyak
muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas
mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada
Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama. Orang pertama mulai bertanya,
"Manakah yang lebih
utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan
dosa-dosa kecil?"
"Orang yang mengerjakan
dosa-dosa kecil." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?"
kata orang pertama.
"Sebab lebih
mudah diampuni oleh Tuhan." kata Abu Nawas.
Orang pertama puas
karena ia memang yakin begitu.
Orang kedua bertanya
dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan
dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"
"Orang yang tidak
mengerjakan keduanya." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?"
kata orang kedua.
"Dengan tidak
mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan." kata
Abu Nawas. Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas.
Orang ketiga juga
bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Manakah yang iebih
utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan
dosa-dosa kecil?"
"Orang yang
mengerjakan dosa-dosa besar." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?"
kata orang ketiga.
"Sebab pengampunan
Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu." jawab Abu
Nawas. Orang ketiga menerima aiasan Abu Nawas. Kemudian ketiga orang itu pulang
dengan perasaan puas.
Karena belum mengerti
seorang murid Abu Nawas bertanya.
"Mengapa dengan
pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?"
"Manusia dibagi
tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati."
"Apakah tingkatan
mata itu?" tanya murid Abu Nawas. "Anak kecil yang melihat bintang di
langit. la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata."
jawab Abu Nawas mengandaikan.
"Apakah tingkatan
otak itu?" tanya murid Abu Nawas. "Orang pandai yang melihat bintang
di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan."
jawab Abu Nawas.
"Lalu apakah
tingkatan hati itu?" tanya murid Abu Nawas.
"Orang pandai dan
mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap mengatakan bintang itu kecil
walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada
sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah."
Kini murid Abu Nawas
mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang
berbeda. la bertanya lagi.
"Wahai guru,
mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?"
"Mungkin."
jawab Abu Nawas.
"Bagaimana
caranya?" tanya murid Abu Nawas ingin tahu.
"Dengan merayuNya
melalui pujian dan doa." kata Abu Nawas
"Ajarkanlah doa itu
padaku wahai guru." pinta murid Abu Nawas
"Doa itu adalah :
llahi lastu HI firdausi ahla, wala aqwa'alan naril jahimi, fahabli taubatan
waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil 'adhimi.
Sedangkan arti doa itu
adalah : Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi aku
tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku
serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni
dosa-dosa besar.
jika ada
kesalahan kata, mohon dikritik atau saran, jangan lupa minimal meninggalkan
jejak dengan sedikit komentar :)
Semoga bermanfaat,
Thanks atas kunjungannya
^_^
0 Komentar
Penulisan markup di komentar