Sikaporoblog - HP flagship identik dengan kata mahal, contohnya Samsung Galaxy S7 yang dijual dengan harga 8 juta. Pixel XL dengan harga 10 juta dan iPhone 7 dengan harga 8,6 juta, padahal dengan spesifikasi yang bisa dibilang lebih powerfull, HP Xiaomi MI 6 cuma dipatok dengan harga 4,8 juta. Kok bisa??! pertanyaan ini juga berlaku buat HP Xiaomi lain, yang menurut para fansnya adalah HP yang paling OK.
Untuk menjawab pertanyaan itu saya mengutip omongan Donovan Sung Director of Produk Management Xiaomi Global, seperti yang tertulis di KompasTekno Donovan mengatakan kalau menghamburkan uang untuk iklan itu bukan gaya Xiaomi. Jadi alasan pertama kenapa HP Xiaomi bisa murah, karena iklan atau tidak ada iklan. Kalau dibandingkan dengan HP merk yang lain yang gencar-gencarnya sedang mempromosikan produk mereka melalui iklan di TV, Billboard atau mengandalkan artis sebagai brand Ambassador, Xiaomi memilih untuk mempromosikan produk mereka lewat forum-forum online dan mengandalkan para fans mereka yang juga dikenal sebagai MI Fans untuk menyebarkan informasi tentang Xiaomi tersebut ke orang lain. Jadi biaya yang di keluarkan Xiaomi untuk keperluan promosi pun terbilang sangat sedikit kalo dibandingkan dengan yang lain.
Alasan kedua adalah sistem penjualan Xiaomi yang lebih berfokus pada area online, berbeda dengan Samsung atau Apple yang berani menginvestasikan banyak uang ke toko offline mereka. Xiaomi memilih untuk fokus menjual produk mereka di toko online, selain bisa menghemat biaya untuk membangun atau menyewa toko, mereka juga bisa menghemat biaya perawatan toko dan gaji karyawan, belum lagi mereka bisa menghemat selisih harga tambahan yang jelas bakal ada kalau mereka menitip produk mereka ke toko orang lain, toko-toko seperti MTC, GTC, dan ABC pasti mau juga dong namanya juga jualan.
Hugo Barra |
Alasan ketiga! jumlah produksi yang terbatas, untuk poin ketiga dan keempat saya akan mengutip omongan Hugo Barra mantan VP Xiaomi Global saat diwawancarai oleh TechCrunch, kalau dengan memproduksi HP dengan jumlah terbatas mereka bisa menyesuaikan harga HP tersebut dengan harga komponen yang semakin lama akan semakin murah, namanya juga teknologi! jadi misalnya ongkos produksi batch pertama adalah 200 dolar maka Xiaomi akan menjualnya dengan harga 300 dolar untung 100 Dolar. Setelah habis HP terjual atau tersisa sedikit, maka Xiaomi akan kembali memproduksi HP tersebut dan menjualnya dengan harga yang lebih murah, karena ongkos produksi juga seharusnya akan lebih murah, selain bisa menghemat biaya jumlah produksi yang terbatas ini juga punya keuntungan lain, contohnya promosi gratis kalau HPnya terjual dalam waktu yang sangat cepat, padahal wajar-wajar saja karena barangnya memang tidak banyak.
Alasan keempat! portofolio yang sedikit atau jenis produk yang sedikit, di zaman HP Xiaomi cuma terdiri dari seri Redmi dan mi mereka bisa mengatur fokus pengembangan software dengan lebih muda, jenis spare part yang dibutuhkan untuk memproduksi perangkat baru atau memperbaiki perangkat yang rusak pun bisa disediakan dengan lebih efektif dan efisien,
Alasan kelima, Xiaomi menerapkan strategi ambil selisih untung sedikit tapi jual banyak, seperti yang diterapkan di toko-toko grosir gitu, daripada jual mahal dan tidak ada yang beli dan ujung-ujungnya dikira HP jelek, lebih baik Xiaomi memang menjualnya dengan harga murah sehingga banyak yang beli.
Kalau kita simpulkan dari alasan-alasan tersebut, kayaknya strategi Xiaomi ini mantap banget ya! konsumen bisa dapat HP dengan harga murah karena nggak perlu tanggung biaya iklan atau biaya lainnya.
Di dunia yang ideal semua merk memang harusnya mengikuti strategi ini, bayangkan saja kalau Samsung cuma tambahkan 100 dolar dari biaya produksi Galaxy S7, harganya bakal ada dibawah 5 juta! tapi sayangnya sistem ekonomi tidak seindah itu dan Xiaomi pun pasti sudah merasakan efeknya karena mereka juga sudah mulai sedikit mengikuti system merk lain, contoh gampangnya mereka sudah menyewa artis lokal di Cina sebagai brand ambassador mereka, terus mereka juga sudah mulai membangun beberapa toko offline, kenapa Xiaomi mulai agak berubah, alasannya juga tidak kalah banyak dari alasan kenapa HP mereka murah, tapi menurut saya ada satu faktor utama yaitu mereka mengincar yang namanya Kognitive Ease jadi istilah psikologi ini jelaskan kalau orang akan merasa lebih nyaman atau lebih aman dengan sesuatu yang lebih sering muncul di depan mereka atau apa yang mereka selalu lihat. Samsung dan Oppo adalah contoh paling bagus buat kasus ini karena mereka sukses buat selalu muncul di depan mata masyarakat, baik lewat iklan TV, Billboard atau iklan di internet, keberadaan toko offline atau service center juga berpengaruh banyak buat sebagian orang, karena merek yang sudah punya toko sendiri dan jumlahnya banyak, akan menimbulkan kesan kalau mereka adalah merek yang sudah besar dan terpercaya.
Strategi mereka jelas berhasil karena Samsung dan Oppo sempat sukses menempati urutan 1 dan 2 soal jumlah penjualan HP di Indonesia. Apakah Xiaomi bakal ngikutin langkah-langkah raksasa yang selalu sponsorin papan nama toko di MTC itu atau tetap pakai strategi awal. Sebagai konsumen kita nikmati sajalah persaingan mereka karena persaingan para produsen itu selalu bagus buat konsumen.
Di dunia yang ideal semua merk memang harusnya mengikuti strategi ini, bayangkan saja kalau Samsung cuma tambahkan 100 dolar dari biaya produksi Galaxy S7, harganya bakal ada dibawah 5 juta! tapi sayangnya sistem ekonomi tidak seindah itu dan Xiaomi pun pasti sudah merasakan efeknya karena mereka juga sudah mulai sedikit mengikuti system merk lain, contoh gampangnya mereka sudah menyewa artis lokal di Cina sebagai brand ambassador mereka, terus mereka juga sudah mulai membangun beberapa toko offline, kenapa Xiaomi mulai agak berubah, alasannya juga tidak kalah banyak dari alasan kenapa HP mereka murah, tapi menurut saya ada satu faktor utama yaitu mereka mengincar yang namanya Kognitive Ease jadi istilah psikologi ini jelaskan kalau orang akan merasa lebih nyaman atau lebih aman dengan sesuatu yang lebih sering muncul di depan mereka atau apa yang mereka selalu lihat. Samsung dan Oppo adalah contoh paling bagus buat kasus ini karena mereka sukses buat selalu muncul di depan mata masyarakat, baik lewat iklan TV, Billboard atau iklan di internet, keberadaan toko offline atau service center juga berpengaruh banyak buat sebagian orang, karena merek yang sudah punya toko sendiri dan jumlahnya banyak, akan menimbulkan kesan kalau mereka adalah merek yang sudah besar dan terpercaya.
Strategi mereka jelas berhasil karena Samsung dan Oppo sempat sukses menempati urutan 1 dan 2 soal jumlah penjualan HP di Indonesia. Apakah Xiaomi bakal ngikutin langkah-langkah raksasa yang selalu sponsorin papan nama toko di MTC itu atau tetap pakai strategi awal. Sebagai konsumen kita nikmati sajalah persaingan mereka karena persaingan para produsen itu selalu bagus buat konsumen.
Terima Kasih telah berkunjung
kritik dan saran di kolom komentar atau contact saya
0 Komentar
Penulisan markup di komentar